Pemateri: Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, MATema full kajian : Dengan Siapa Engkau BertemanSumber : Syafiq Riza Basalamah
Islam sebagai agama yang sempurna dan menyeluruh telah mengatur bagaimana adab-adab serta batasan-batasan dalam pergaulan. Pergaulan sangat mempengaruhi kehidupan seseorang. Dampak buruk akan menimpa seseorang akibat bergaul dengan teman-teman yang jelek, sebaliknya manfaat yang besar akan didapatkan dengan bergaul dengan orang-orang yang Teman Bagi SeseorangPerintah Untuk Mencari Teman yang Baik dan Menjauhi Teman yang JelekManfaat Berteman dengan Orang yang BaikMudharat Berteman dengan Orang yang JelekKebaikan Seseorang Bisa Dilihat Dari TemannyaJangan Sampai Menyesal di AkhiratSifat Teman yang BaikHendaknya Orang Tua Memantau Pergaulan AnaknyaPengaruh Teman Bagi SeseorangBanyak orang yang terjerumus ke dalam lubang kemakisatan dan kesesatan karena pengaruh teman bergaul yang jelek. Namun juga tidak sedikit orang yang mendapatkan hidayah dan banyak kebaikan disebabkan bergaul dengan teman-teman yang sebuah hadits Rasululah shallallahu alaihi wa sallam menjelaskan tentang peran dan dampak seorang teman dalam sabda beliau مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi percikan apinya mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628Baca Juga Persahabatan yang Sampai ke Surga SelamanyaPerintah Untuk Mencari Teman yang Baik dan Menjauhi Teman yang JelekImam Muslim rahimahullah mencantumkan hadits di atas dalam Bab “Anjuran Untuk Berteman dengan Orang Shalih dan Menjauhi Teman yang Buruk”.Imam An Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa dalam hadits ini terdapat permisalan teman yang shalih dengan seorang penjual minyak wangi dan teman yang jelek dengan seorang pandai besi. Hadits ini juga menunjukkan keutamaan bergaul dengan teman shalih dan orang baik yang memiliki akhlak yang mulia, sikap wara’, ilmu, dan adab. Sekaligus juga terdapat larangan bergaul dengan orang yang buruk, ahli bid’ah, dan orang-orang yang mempunyai sikap tercela lainnya.” Syarh Shahih Muslim 4/227Ibnu Hajar Al Asqalani rahimahullah mengatakan “Hadits di ini menunjukkan larangan berteman dengan orang-orang yang dapat merusak agama maupun dunia kita. Hadits ini juga mendorong seseorang agar bergaul dengan orang-orang yang dapat memberikan manfaat dalam agama dan dunia.” Fathul Bari 4/324Manfaat Berteman dengan Orang yang BaikHadits di atas mengandung faedah bahwa bergaul dengan teman yang baik akan mendapatkan dua kemungkinan yang kedua-duanya baik. Kita akan menjadi baik atau minimal kita akan memperoleh kebaikan dari yang dilakukan teman Abdurrahman bin Nashir As Sa’adi rahimahullah menjelaskan bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam memberikan permisalan pertemanan dengan dua contoh yakni penjual minyak wangi dan seorang pandai besi.Bergaul bersama dengan teman yang shalih akan mendatangkan banyak kebaikan, seperti penjual minyak wangi yang akan memeberikan manfaat dengan bau harum minyak wangi. Bisa jadi dengan diberi hadiah olehnya, atau membeli darinya, atau minimal dengan duduk bersanding dengannya , engkau akan mendapat ketenangan dari bau harum minyak wangi yang akan diperoleh seorang hamba yang berteman dengan orang yang shalih lebih banyak dan lebih utama daripada harumnya aroma minyak wangi. Dia akan mengajarkan kepadamu hal-hal yang bermanfaat bagi dunia dan agamamu. Dia juga akan memeberimu nasihat. Dia juga akan mengingatkan dari hal-hal yang membuatmu celaka. Dia juga senantiasa memotivasi dirimu untuk mentaati Allah, berbakti kepada kedua orangtua, menyambung silaturahmi, dan bersabar dengan kekurangan dirimu. Dia juga mengajak untuk berakhlak mulia baik dalam perkataan, perbuatan, maupun seseorang akan mengikuti sahabat atau teman dekatnya dalam tabiat dan perilakunya. Keduanya saling terikat satu sama lain, baik dalam kebaikan maupun dalam kondisi kita tidak mendapatkan kebaikan-kebaikan di atas, masih ada manfaat lain yang penting jika berteman dengan orang yang shalih. Minimal diri kita akan tercegah dari perbuatan-perbuatn buruk dan yang shalih akan senantiasa menjaga dari maksiat, dan mengajak berlomba-lomba dalam kebaikan, serta meninggalkan kejelekan. Dia juga akan senantiasa menjagamu baik ketika bersamamu maupun tidak, dia juga akan memberimu manfaat dengan kecintaanya dan doanya kepadamu, baik ketika engkau masih hidup maupun setelah engkau tiada. Dia juga akan membantu menghilangkan kesulitanmu karena persahabatannya denganmu dan kecintaanya kepadamu. Bahjatu Quluubil Abrar, 148Baca Juga Teman Akrab Menjadi Musuh di Hari KiamatMudharat Berteman dengan Orang yang JelekSebaliknya, bergaul dengan teman yang buruk juga ada dua kemungkinan yang kedua-duanya buruk. Kita akan menjadi jelek atau kita akan ikut memperoleh kejelekan yang dilakukan teman As Sa’di rahimahulah juga menjelaskan bahwa berteman dengan teman yang buruk memberikan dampak yang sebaliknya. Orang yang bersifat jelek dapat mendatangkan bahaya bagi orang yang berteman dengannya, dapat mendatangkan keburukan dari segala aspek bagi orang yang bergaul betapa banyak kaum yang hancur karena sebab keburukan-keburukan mereka, dan betapa banyak orang yang mengikuti sahabat-sahabat mereka menuju kehancuran, baik mereka sadari maupun karena itu, sungguh merupakan nikmat Allah yang paling besar bagi seorang hamba yang beriman yaitu Allah memberinya taufik berupa teman yang baik. Sebaliknya, hukuman bagi seorang hamba adalah Allah mengujinya dengan teman yang buruk. Bahjatu Qulubil Abrar, 185Kebaikan Seseorang Bisa Dilihat Dari TemannyaRasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjadikan teman sebagai patokan terhadapa baik dan buruknya agama seseorang. Oleh sebab itu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan kepada kita agar memilih teman dalam bergaul. Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل“Agama Seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 927Baca Juga Carilah Teman yang Mendukungmu Belajar AgamaJangan Sampai Menyesal di AkhiratMemilih teman yang jelek akan menyebakan rusak agama seseorang. Jangan sampai kita menyesal pada hari kiamat nanti karena pengaruh teman yang jelek sehingga tergelincir dari jalan kebenaran dan terjerumus dalam kemaksiatan. Renungkanlah firman Allah berikut وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلاً يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَاناً خَلِيلاً لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنسَانِ خَذُولاً“ Dan ingatlah ketika orang-orang zalim menggigit kedua tanganya seraya berkata “Aduhai kiranya aku dulu mengambil jalan bersama Rasul. Kecelakaan besar bagiku. Kiranya dulu aku tidak mengambil fulan sebagai teman akrabku. Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Qur’an sesudah Al Qur’an itu datang kepadaku. Dan setan itu tidak mau menolong manusia” Al Furqan27-29Lihatlah bagiamana Allah menggambarkan seseorang yang teah menjadikan orang-orang yang jelek sebagai teman-temannya di dunia sehingga di akhirat menyebabkan penyesalan yang sudah tidak berguna Teman yang BaikIbnu Qudamah Al Maqdisi rahimahullah berkata وفى جملة، فينبغى أن يكون فيمن تؤثر صحبته خمس خصال أن يكون عاقلاً حسن الخلق غير فاسق ولا مبتدع ولا حريص على الدنيا“ Secara umum, hendaknya orang yang engkau pilih menjadi sahabat memiliki lima sifat berikut orang yang berakal, memiliki akhlak yang baik, bukan orang fasik, bukan ahli bid’ah, dan bukan orang yang rakus dengan dunia” Mukhtasar Minhajul Qashidin 2/36.Kemudian beliau menjelaskan “Akal merupakan modal utama. Tidak ada kebaikan berteman dengan orang yang bodoh. Karena orang yang bodoh, dia ingin menolongmu tapi justru dia malah dimaksud dengan orang yang berakal adalah orang yang memamahai segala sesuatu sesuai dengan hakekatnya, baik dirinya sendiri atau tatkala dia menjelaskan kepada orang ain. Teman yang baik juga harus memiliki akhlak yang mulia. Karena betapa banyak orang yang berakal dikuasai oleh rasa marah dan tunduk pada hawa nafsunya, sehingga tidak ada kebaikan berteman orang yang fasik, dia tidak memiliki rasa takut kepada Allah. Orang yang tidak mempunyai rasa takut kepada Allah, tidak dapat dipercaya dan engkau tidak aman dari tipu dayanya. Sedangkan berteman denagn ahli bid’ah, dikhawatirkan dia akan mempengaruhimu dengan kejelekan bid’ahnya. Mukhtashor Minhajul Qashidin, 2/ 36-37Baca Juga Pilihlah Teman yang Baik di SosmedHendaknya Orang Tua Memantau Pergaulan AnaknyaKewajiban bagi orang tua adalah mendidik anak-anaknya. Termasuk dalam hal ini memantau pergaulan anak-anaknya. Betapa banyak anak yang sudah mendapat pendidikan yang bagus dari orang tuanya, namun dirusak oleh pergaulan yang buruk dari orangtua memperhatikan lingkungan dan pergaulan anak-anaknya, karena setap orang tua adalah pemimpin bagikeluarganya, dan setiap pemimpin kan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang Ta’ala juga berfirman يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُون“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan “ At Tahrim6.Semoga Allah Ta’ala senantiasa menjaga kita dan keluaraga kita dari pengaruh teman-teman yang buruk dan mengumpulkan kita bersama teman-teman yang baik. Wallahul musta’ shallallahu alaa Nabiyyina Juga Inti Pendidikan Anak adalah Menjauhkan dari Teman yang Buruk—Penulis Adika Mianoki Artikel
Oleh: Ustadzah Ika Fitrianingrum ( Guru Kelas 6B SD IT Insantama Lampung) Sulit dipungkiri, pertemanan pasti memengaruhi sifat dan sikap seseorang. Lingkungan pertemanan yang baik, maka seseorang akan baik. Sebaliknya, bila lingkungan pertemanan buruk maka akan buruklah sifat dan sikap seseorang. Teman yang baik maka akan semakin banyak ilmu, hikmah, serta manfaat yang diperoleh. Maka di stulah, letak pentingnya mempertimbangkan kualitas lingkungan pertemanan. Bukan hanya memperbanyak SAW pernah berpesan bahwa ukuran ketaatan seseorang bisa dilihat dari kualitas pada teman yang dimilikinya. “Seseorang tergantung pada agama teman dekatnya, maka hendaklah salah seorang dari kalian melihat siapa yang dia jadikan sebagai teman dekat.” Abu Dawud.Saatnya memilih teman yang baik. Karena zaman sekarang, banyak yang mengaku teman di saat senang. Tapi ada pula teman yang hilang di saat susah. Jadi harus hati-hati dalam memilih pertemanan. Tidak semua teman yang ada di grup WA itu baik. Tidak semua teman di media sosial itu baik. Karena itu sikap dalam berteman sangat penting. Bila bermanfaat maka temanilah. Bila tidak bermanfaat maka jauhilah dengan segala teman pada saat senang itu sangat mudah. Tanpa dicari pun mereka akan banyak datang menghampiri kita. Namun sebaliknya, ketika kita dalam keadaan sulit, yakinlah hampir semua teman akan pergi meninggalkan kita. Jika tersisa, itu pun hanya teman yang memang ikhlas mau berteman dengan kita. Orang-orang yang jujur dalam berteman. Teman yang tidak munafik dalam kondisi dan situasi apapun. Teman yang memilih teman yang baik di era media sosial. Bila perlu, hanya memiliki seorang teman jujur dan baik dalam segala kondisi itu jauh lebih baik. Daripada punya banyak teman namun tidak bermanfaat. Apalagi hanya teman-teman yang doyan gibah, fitnah, bahkan gosip. Jauhi dan tinggalkan lingkungan pertemanan yang memilih teman yang baikSilakan diingat, siapa sih teman kita yang baik dulu?Mungkin ada, mungkin pula tidak. Mungkin banyak teman yang datang di saat kita senang. Tapi gilirann kita terjungkal, tidak sedikit teman yang tertawa dan membicarakannya di belakang. Tanpa merasa bersalah dan prihatin sedikit pun lalu tetap mengaku teman. Maka di momen lebaran ini, saatnya memilah dan memilih teman yang baik. Caranya sederhana, carilah teman yang solih, teman yang bermanfaat, dan teman yang bertindak positif. Jika ada, pertahankan. Jika tidak ada, di mana pun, pasti memberi pengalaman dan pelajaran yang berbeda. Maka harus hati-hati dan waspada. Karena tidak sedikit pertemanan yang buruk di zaman begini. Agar tidak tertular kebiasaan negatif pertemanana. Maka saatnya memilih teman yang baik, yaitu 1 teman yang taat ibadah, 2 teman yang mendukung dalam kebaikan, 3 teman yang amanah, 4 teman yang jujur dalam segala keadaan, 5 teman yang bisa mengajak kepada kegiatan positif, dan 6 teman yang menjaga silaturahim dalam bermanfaat. Bukan teman yang hanya jago ngomong tanpa bisa berbuat. Apalagi teman-teman penggibah dan pemfitnah. Jauhi dan tinggalkan saja, toh kita tidak hidup dari mereka. Ada teman yang ngomong baik saat di depan kita. Tapi ada teman yang menebar aib dan menikam saat di belakang jumlah teman yang kamu miliki mungkin terlalu banyak jika kamu menghitungnya. Akan tetapi. Mereka akan menjadi sedikit ketika kamu dalam keadaan sulit Ali bin Abi Thalib RA. Danbegitulah seseorang, akan dinilai sesuai dengan siapakah yang menjadi teman dekatnya, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل. "Seseorang itu menurut agama teman dekatnya, maka hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya

Post Views DALIL-DALIL الْأَخِلَّاء يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa. Az-Zukhruf 67. عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلْ. رواه أحمد dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda “Seseorang tergantung pada agama teman dekatnya, maka hendaklah salah seorang dari kalian melihat siapa yang dia jadikan sebagai teman dekat.” HR. Ahmad at-Tirmidzi ia berkata Hadits ini Hasan Shahih. Dan Abu Dawud Syaikh al-Albani berkata Hasan. A. Diantara Adab-Adab Bergaul Sesama Saudara Muslim 1. Memilih Teman Bergaul Dan Teman Duduk Maknanya, bahwa seseorang itu tergantung kebiasaan temannya, tingkah laku dan juga gaya hidupnya, maka hendaklah ia memperhatikan dan meneliti dengan siapa ia berteman. Barang siapa yang agama dan akhlaqnya diridhai maka hendaklah ia berteman dengannya, dan jika tidak maka hendaklah ia menjauhinya, karena tabiat itu adalah sesuatu yang dicuri diambil dari orang lain. Demikian yang disebut dalam kitab Aunul Ma’bud.Syarh Sunan Abi Dawud jilid VII XIII/123 Diriwayatkan عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ أَوْ عَنْ أَبِي الْهَيْثَمِ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا تَصْحَبْ إِلَّا مُؤْمِنًا وَلَا يَأْكُلْ طَعَامَكَ إِلَّا تَقِيٌّ. رواه أحمد dari Abu Sa’id Al Khudri – bahwasanya ia mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda “Janganlah engkau bersahabat kecuali dengan seorang mukmin dan janganlah memakan makananmu kecuali seorang yang bertakwa.” HR. Ahmad at-Tirmidzi Abu Dawud Syaikh al-Albani berkata Hasan. Teman dekat dan teman duduk yang berakhlaq jelek menimbulkkan bahaya yang nyata dan tidak bisa dihindari, bagaimana pun cara menjaganya, berdasarkan nash dari sabda Nabi ﷺ عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً. رواه البخاري dari Abu Musa radliallahu anhu, dari Nabi shallallahu alaihi wasallam beliau bersabda “Perumpamaan teman yang shalih dengan teman yang buruk bagaikan penjual minyak wangi dengan pandai besi, bisa jadi penjual minyak wangi itu akan menghadiahkan kepadamu atau kamu membeli darinya atau kamu akan mendapatkan bau wanginya sedangkan pandai besi hanya akan membakar bajumu atau kamu akan mendapatkan bau tidak sedapnya.” Muslim Ahmad 2. Cintai Karena Allah Diriwayatkan عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ يَقُولُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَيْنَ الْمُتَحَابُّونَ بِجَلَالِي الْيَوْمَ أُظِلُّهُمْ فِي ظِلِّي يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلِّي. رواه مسلم dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda “Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman pada hari kiamat kelak “Mana orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Hari ini kunaungi mereka, di mana tidak ada naungan pada hari ini selain naungan-Ku.” HR. Muslim Ahmad Malik Dan عَنْ مُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ وَجَبَتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَحَابِّينَ فِيَّ وَالْمُتَجَالِسِينَ فِيَّ وَالْمُتَزَاوِرِينَ فِيَّ وَالْمُتَبَاذِلِينَ فِيَّ. رواه أحمد dari Mu’adz bin Jabal, sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam bersabda; “Allah Subhanahuwata`ala berfirman, Wajiblah cintaKu bagi orang-orang yang saling mencintai karena Aku, orang-orang yang saling berteman karena Aku, orang-orang yang saling mengunjungi karena Aku dan orang-orang yang saling berkorban karena Aku’. HR. Ahmad dan hadits ini berdasarkan lafazh beliau, Malik Ibnu Abdil Barr berkata Dalam hadits ini menerangkan pertemuan Abu Idris al-Kahulani kepada Mu’adz bin Jabal, dan Abu Idris mendengar langsung darinya, dan sanad-sanadnya Shahih. At-Tamhid XXI/125. Dan عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ رَجُلًا زَارَ أَخًا لَهُ فِي قَرْيَةٍ أُخْرَى فَأَرْصَدَ اللَّهُ لَهُ عَلَى مَدْرَجَتِهِ مَلَكًا فَلَمَّا أَتَى عَلَيْهِ قَالَ أَيْنَ تُرِيدُ قَالَ أُرِيدُ أَخًا لِي فِي هَذِهِ الْقَرْيَةِ قَالَ هَلْ لَكَ عَلَيْهِ مِنْ نِعْمَةٍ تَرُبُّهَا قَالَ لَا غَيْرَ أَنِّي أَحْبَبْتُهُ فِي اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ فَإِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكَ بِأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَبَّكَ كَمَا أَحْبَبْتَهُ فِيهِ. رواه مسلم dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, “Pada suatu ketika ada seorang lelaki yang mengunjungi saudaranya di desa lain. Kemudian Allah pun mengutus seorang malaikat untuk menemui orang tersebut. Ketika orang itu ditengah perjalanannya ke desa yang dituju, maka malaikat tersebut bertanya; Hendak pergi ke mana kamu? Orang itu menjawab; Saya akan menjenguk saudara saya yang berada di desa lain.’ Malaikat itu terus bertanya kepadanya; Apakah kamu mempunyai satu perkara yang menguntungkan dengannya? Laki-laki itu menjawab; Tidak, saya hanya mencintainya karena Allah Azza wa Jalla.’ Akhirnya malaikat itu berkata; Sesungguhnya aku ini adalah malaikat utusan yang diutus untuk memberitahukan kepadamu bahwasanya Allah akan senantiasa mencintaimu sebagaimana kamu mencintai saudaramu karena Allah.’ HR. Muslim Ahmad {Tarubbuha yaitu menjaga, mengasuh, dan memeliharanya sebagaimana seseorang melihara anaknya. Lisanul Arab 1//104}. Dalam hadis riwayat Ahmad disebutkan عَنْ أَنَسٍ قَالَ مَرَّ رَجُلٌ بِالنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعِنْدَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ جَالِسٌ فَقَالَ الرَّجُلُ وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّ هَذَا فِي اللَّهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخْبَرْتَهُ بِذَلِكَ قَالَ لَا قَالَ قُمْ فَأَخْبِرْهُ تَثْبُتْ الْمَوَدَّةُ بَيْنَكُمَا فَقَامَ إِلَيْهِ فَأَخْبَرَهُ فَقَالَ أَنِّي أُحِبُّكَ فِي اللَّهِ أَوْ قَالَ أُحِبُّكَ لِلَّهِ فَقَالَ الرَّجُلُ أَحَبَّكَ الَّذِي أَحْبَبْتَنِي فِيهِ. رواه أحمد dari Anas berkata; ada seorang laki-laki lewat di majlis Nabi Shallallahu’alaihi wasallam yang waktu itu sedang duduk seorang laki-laki lain. Laki-laki yang pertama berkata; wahai Rasulullah, saya mencintai orang ini karena Allah. Maka Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bertanya, “Apakah kau telah memberitahukan kepadanya hal itu?” dia berkata; belum. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda “Berdirilah dan beritahukan kepadanya, niscaya hubungan kalian akan langgeng”. Lalu dia berdiri dan memberitahukannya dengan berkata; “Sesungguhnya saya mencintaimu karena Allah” atau berkata; “Saya menyukaimu karena Allah”. Maka laki-laki tadi berkata; “Semoga Allah mencintai kamu yang cinta padaku karena-Nya”. HR. Ahmad Abu Dawud dan Syaikh al-Albani berkata Hasan. Catatan jangan sampai kecintaan karena Allah ini berlebihan, sehingga tidak baik, seperti antara laki-laki dengan laki-laki atau perempuan, awalnya ikhlas akan tetapi lama-lama ingin mendapatkan sesuatu dari orang tersebut. 3. Menampakkan Senyum, Bersikap Lembut Dan Berkasih Sayang Kepada Sesama Saudara Seiman Diriwayatkan عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ قَالَ لِيَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَحْقِرَنَّ مِنْ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ. رواه مسلم dari Abu Dzar dia berkata; Nabi shallallahu alaihi wasallam berkata kepadaku “Janganlah kamu menganggap remeh sedikitpun terhadap kebaikan, walaupun kamu hanya bermanis muka kepada saudaramu sesama muslim ketika bertemu.” HR. Muslim dan at-Tirmidzi Dan dalam riwayat Jabir beliau bersabda عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ مَعْرُوفٍ صَدَقَةٌ وَمِنْ الْمَعْرُوفِ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ… رواه أحمد dari Jabir bin Abdullah berkata; Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda “Setiap yang baik adalah sedekah, dan diantara kebaikan adalah kamu bertemu saudaramu dengan wajah ceria,…HR. Ahmad dan at-Tirmidzi dan ia berkata Hadits Hasan Shahih. Sikap lemah lembut, ramah dan kasih sayang, termasuk hal-hal yang beisa menguatkan ikatan diantara saudara, dan memperdalam hubungan diantara mereka. Maka Allah menyukai sikap lemah lembut dalam segala urusan. HR. Al-Bukhari dari Aisyah Muslim Ahmad at-Tirmidzi dan ad-Darimi عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ دَخَلَ رَهْطٌ مِنْ الْيَهُودِ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالُوا السَّامُ عَلَيْكُمْ قَالَتْ عَائِشَةُ فَفَهِمْتُهَا فَقُلْتُ وَعَلَيْكُمْ السَّامُ وَاللَّعْنَةُ قَالَتْ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَهْلًا يَا عَائِشَةُ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِي الْأَمْرِ كُلِّهِ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَوَلَمْ تَسْمَعْ مَا قَالُوا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ قُلْتُ وَعَلَيْكُمْ. رواه البخاري dari Aisyah radliallahu anha isteri Nabi shallallahu alaihi wasallam berkata; “Sekelompok orang Yahudi datang menemui Rasulullah shallaallahu alaihi wa sallam, mereka lalu berkata; “Assaamu alaikum semoga kecelakaan atasmu. Aisyah berkata; “Saya memahaminya maka saya menjawab; wa’alaikum as saam wal la’nat semoga kecelakaan dan laknat tertimpa atas kalian.” Aisyah berkata; “Lalu Rasulullah shallaallahu alaihi wa sallam bersabda “Tenanglah wahai Aisyah, sesungguhnya Allah mencintai sikap lemah lembut pada setiap perkara.” Saya berkata; “Wahai Rasulullah! Apakah engkau tidak mendengar apa yang telah mereka katakan?” Rasulullah shallaallahu alaihi wa sallam menjawab “Saya telah menjawab, WA ALAIKUM dan semoga atas kalian juga.” dari Aisyah Muslim Ahmad at-Tirmidzi dan ad-Darimi Dan عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَا عَائِشَةُ إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ وَيُعْطِي عَلَى الرِّفْقِ مَا لَا يُعْطِي عَلَى الْعُنْفِ وَمَا لَا يُعْطِي عَلَى مَا سِوَاهُ. رواه مسلم dari Aisyah istri Nabi shallallahu alaihi wasallam bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah bersabda “Hai Aisyah, sesungguhnya Allah itu Maha Lembut. Dia mencintai sikap lemah lembut. Allah akan memberikan pada sikap lemah lembut sesuatu yang tidak Dia berikan pada sikap yang keras dan juga akan memberikan apa-apa yang tidak diberikan pada sikap lainnya.” HR. Muslim Dan selama hal itu terus seperti itu, dan terhadap saudara-saudara seiman maka mereka lebih pantas dan lebih utama berprilaku lemah lembut kepada sebagian lainnya, dan hendaklah sebagian mereka berlaku ramah kepada sebagian yang lainnya. Diriwayatkan عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ حُرِّمَ عَلَى النَّارِ كُلُّ هَيِّنٍ لَيِّنٍ سَهْلٍ قَرِيبٍ مِنْ النَّاسِ. رواه أحمد dari Ibnu Mas’ud bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda “Diharamkan atas api neraka, setiap orang yang memberi kemudahan, lemah lembut serta dekat dengan manusia.”.HR. Ahmad dan hadits ini berdasarkan lafazh beliau, at-Tirmidzi dan ia berkata Hadits Hasan Gharib. Dan pentahqiq al-Musnad berkata Hasan dengan beberapa penguat lainnya. Dan diantara perkara-perkara yang bisa membantu langgengnya rasa cinta dan menghilangkan kebencian dari dalam hati adalah saling memberi hadiah diantara sesama saudara. Imam Malik meriwayatkan dalam Muwaththa’nya bahwa Rasulullah bersabda تَصَافَحُوا يَذْهَبْ الْغِلُّ وَتَهَادَوْا تَحَابُّوا وَتَذْهَبْ الشَّحْنَاءُ. رواه مالك “Hendaklah kalian saling berjabat tangan, niscaya maka akan hilanglah kedengkian. Hendaklah kalian saling memberi hadiah, niscaya akan saling mencintai dan menghilanglah permusuhan.”Al-Muwaththa’ Ibnu Abdil Barr berkata Hadits ini bersambung dari banyak sisi periwayatan yang semuanya hasan. At-Tamhid XXI/12…. Kemudian beliau membawakan hadits ini dengan sanadnya, dan berkata tentang sanad tersebut Bersambung dari hadits Abu Hurairah, ia berkata …. at-Tamhid 1/17. 4. Disunnahkan Memberi Nasihat Dan Hal Itu Termasuk Kesempurnaan Persaudaraan Nasihat adalah tuntutan syar’i yang dianjurkanoleh pembuat syariat dan merupakan bagian dari perkara-perkara yang menjadi sebab Nabi membai’at para sahabatnya, sebagaimana diriwayatkan عَنْ جَرِيرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ بَايَعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى إِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالنُّصْحِ لِكُلِّ مُسْلِمٍ. رواه البخاري dari Jarir bin Abdullah berkata “Aku telah membai’at Rasulullah untuk menegakkan shalat, menunaikan zakat dan menasehati kepada setiap muslim”. Muslim Ahmad at-Tirmidzi an-Nasa’i dan ad-Darimi Diriwayatkan عَنْ تَمِيمٍ الدَّارِيِّ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الدِّينُ النَّصِيحَةُ قُلْنَا لِمَنْ قَالَ لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ رواه مسلم dari Tamim ad-Dari bahwa nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda “Agama itu adalah nasihat.” Kami bertanya, “Nasihat untuk siapa?” Beliau menjawab, “Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, dan para pemimpin kaum muslimin, serta kaum awam mereka.” HR. Muslim Ahmad an-Nasa’i dan Abu Dawud Dan sabda beliau “Agama itu adalah nasihat” yaitu bahwa nasehat adalah amalan yang paling utama dan paling sempurna dalam agama. Kasyful Musykil min hadis as-Shahihain karya Ibnul Jauzi IV/219. Ibnul Jauzi berkata Ketahuilah bahwa nasihat untuk Allah adalah membela agama-Nya dan menghalau segala bentuk kesyirikan kepada-Nya walaupun dia tidak membutuhkannyam akan tetapi manfaatnya kembali kepada hamba. Demikian pula nasehat untuk kitab-Nya adalah membelanya dan senantiasa menjaga tilawah kiitab-Nya. Dan nasehat untuk Rasul-Nya adalah melaksanakan sunnahnya dan mengajak kepada dakwah beliau ﷺ. Nasehat untuk pemimpin kaum muslimin adalah dengan mentaati mereka, berjihadbersama mereka, menjaga baiat mereka, memberi nasehat kepada mereka tanpa adanya pujian-pujian yang bisa membuat mereka terpedaya. Dan nasehat untuk seluruh kaum muslimin adalah keinginan untuk memberikan kebaikan kepada mereka, termasuk dalam hal ini mengajarkan dan memperkenalkan kepada mereka perkara yang wajib serta menunjukkan mereka kepada al-Haq kebenaran. Kasyfu amusykil min Hadisi ash-Shahihaini karya Ibnul Jauzi IV/219. Dan diriwayatkan عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا وَشَبَّكَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ. رواه البخاري dari Abu Musa radliallahu anhu dari Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda “Orang beriman terhadap orang beriman lainnya bagaikan satu bangunan yang satu sama lain saling menguatkan”. Dan Beliau mendemontrasikannya dengan cara mengepalkan jari jemari Beliau. dan lafazhnya menurut riwayat beliau, Muslim Ahmad at-Tirmidzi dan an-Nasa’i Sesama saudara, sebagian mereka membutuhkan sebagian lainnya, mereka sa,ing memberi bantuan dalam menutupi kefakiran mereka, atau memberipersetujuab dalam menunaikan hajat kebutuhan mereka, dan selainnya dari berbagai bantuan lainnya عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ. رواه مسلم dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, Allah senantiasa menolong seorang hamba selama hamba itu menolong saidaranya. HR. Muslim dari Abu Hurairah Ahmad at-Tirmidzi Abu Dawud dan Ibnu Majah 6. Sesama Saudara Haruslah Saling Merendah Diantara Mereka, Tidak Sombong Atau Meremehkan Yang Lain Diriwayatkan عَنْ عِيَاضِ بْنِ حِمَارٍ الْمُجَاشِعِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ… إِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لَا يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ.. . رواه مسلم dari Iyadh bin Himar Al Mujasyi’i, ia berkata Rasulullah Shallallahu alaihi wa Salam berdiri berkhutbah pada suatu hari ditengah-tengah kami lalu beliau bersabda “Sesungguhnya Allah memerintahkanku” ia menyebut hadits seperti hadits Hisyam dari Qadatah, dalam haditsnya ia menambah “Dan Allah mewahyukan kepadaku agar kalian saling merendah diri agar tidak ada seorang pun yang berbangga diri pada yang lain dan agar tidak seorang pun berlaku lalim pada yang lain.”…. HR. Muslim kitab al-Jannah wa Shifatu na’imiha wa Ahliha, dan lafazh ini menurut riwayatnya, Abu Dawud dan Ibnu Majah Sedangkan meremehkan orang lain dan sombong adalah jalan menuju kezhaliman, permusuhan dan kejahatan. Diriwayatkan عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ. رواه مسلم Dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda “Sedekah itu tidak akan mengurangi harta. Tidak ada orang yang memberi maaf kepada orang lain, melainkan Allah akan menambah kemuliaannya. Dan tidak ada orang yang merendahkan diri karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya.” HR. Muslim Ahmad at-Tirmidzi Malik dan ad-Darimi 7. Berakhhlaq Mulia Terpuji Dan sebaik-baik manusia adalah yang akhlaqnya paling baik, hal ini berdasarkan sabda makhluk terbaik dan beliaulah manusia yang memiliki akhlak paling terpuji عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ لَمْ يَكُنْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاحِشًا وَلَا مُتَفَحِّشًا وَكَانَ يَقُولُ إِنَّ مِنْ خِيَارِكُمْ أَحْسَنَكُمْ أَخْلَاقًا. رواه البخاري dari Abdullah bin “Amru radliallahu anhu berkata; “Nabi shallallahu alaihi wasallam tidak pernah sekalipun berbicara kotor keji dan juga tidak pernah berbuat keji dan beliau bersabda “Sesungguhnya di antara orang yang terbaik dari kalian adalah orang yang paling baik akhlaqnya’. at-Tirmidzi dan Ahmad Dan diantara do’a Nabi ketika istiftah ا….وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ… رواه مسلم …Dan tunjukilah kepadaku akhlak yang paling bagus. Sesungguhnya tidak ada yang dapat menunjukkannya melainkan hanya Engkau. Dan jauhkanlah akhlak yang buruk dariku, karena sesungguhnya tidak ada yang sanggup menjauhkannya melainkan hanya Engkau…. HR. Muslim Ahmad at-Tirmidzi an-Nasa’i Abu Dawud dan ad-Darimi Diceritakan dari Fudhail bin Iyadh, ia berkata Barang siapa yang akhlaknya jelek maka akan jelek pula agama, kedudukan dan kecintaan orang lain kepadanya. Al-Adabusy Syar’iyyah II/1919. Dalam pergaulan sesama saudara muslim, akhlak yang terpuji menempati bagian yang besar. Akhlak yang baik akan memperpanjang hubungan, melembutkan hati, dan mencabut rasa dendam dari dalam dada, maka sepantasnya sesama saudar muslim menampakkan kecerahan diwajah mereka kepada saudara mereka lainnya, mengucapkan kata-kata yang baik kepada mereka, dan menutup mata dari kehinaan dan kesalahan mereka serta memohon udzur bagi mereka. pembahasan tentang akhlak memerlukan waktu waktu yang sangat panjang dan disini bukan tempatnya 8. Hati Yang Selamat Diantara do’a Nabi ﷺ وَاسْلُلْ سَخِيمَةَ قَلْبِي. رواه أبوا داود dan cabutlah kedengkian dalam hatiku. Kedengkian {as-Sakhimah Al-hiqd dengki dan ad-Dhaghinah dendam yang tertancap dalam hati. Lisanul Arab XII/282, topik سخم}. Dan dalam riwayat at-Tirmidzi disebutkan وَاسْلُلْ سَخِيمَةَ صَدْرِيْ. رواه الترمذي dan cabutlah kedengkian didalam dadaku. HR. Abu Dawud dari Ibnu Abbas, dan Syaikh al-Albani berkata Shahih. Ahmad at-Tirmidzi Ibnu Majah Al-Munawi berkata Yaitu berbuat baik kepada setiap orang dan setiap orang merasa cemburu kepadanya. Dia tidak mengenal kejelakan dan bukan orang yang senang membuat makar. Dia rendah hati karena hatinya yang selamat dan prasangkanya yang selalu baik, sabda beliau ﷺ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُؤْمِنُ غِرٌّ كَرِيمٌ وَالْفَاجِرُ خِبٌّ لَئِيمٌ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ هَذَا الْوَجْهِ. رواه الترمذي dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda “Seorang mukmin itu senantiasa berlapang dada dan dermawan, sedangkan seorang fajir itu bakhil dan berakhlak buruk.” Abu Isa berkata; Ini adalah hadits gharib, tidak kami ketahui kecuali dari jalur ini.. Tuhtaful Ahwadzi Syarh Jami’ at-Tirmidzi VI/84. Dalam hadits tersebut ada sebagian lafazh yang didahulukan dan diakhirkan. Bersambung ke poin Digubah dan diringkas secara bebas oleh ustadz Abu Nida Chomsaha Shofwan, Lc., dari buku Kitabul Adab karya Fuad bin Abdil Aziz asy-Syalhub.

LIVE ] || Masjid Raya Nurul Huda . Batu Basa . Kecamatan . IV Koto Aur Malintang , Kabupaten . Padang Pariaman . Sedang berlangsung Ahad
Teman bergaul dan lingkungan yang Islami, sungguh sangat mendukung seseorang menjadi lebih baik dan bisa terus istiqomah. Sebelumnya bisa jadi malas-malasan. Namun karena melihat temannya tidak sering tidur pagi, ia pun rajin. Sebelumnya menyentuh al Qur’an pun tidak. Namun karena melihat temannya begitu rajin tilawah Al Qur’an, ia pun tertular rajinnya. Perintah Agar Bergaul dengan Orang-Orang yang Sholih Allah menyatakan dalam Al Qur’an bahwa salah satu sebab utama yang membantu menguatkan iman para shahabat Nabi adalah keberadaan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam di tengah-tengah mereka. Allah Ta’ala berfirman, وَكَيْفَ تَكْفُرُونَ وَأَنْتُمْ تُتْلَى عَلَيْكُمْ آَيَاتُ اللَّهِ وَفِيكُمْ رَسُولُهُ وَمَنْ يَعْتَصِمْ بِاللَّهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ “Bagaimana mungkin tidak mungkin kalian menjadi kafir, sedangkan ayat-ayat Allah dibacakan kepada kalian, dan Rasul-Nyapun berada ditengah-tengah kalian? Dan barangsiapa yang berpegang teguh kepada agama Allah maka sesungguhnya dia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” QS. Ali Imran 101. Allah juga memerintahkan agar selalu bersama dengan orang-orang yang baik. Allah Ta’ala berfirman, يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benarjujur.” QS. At Taubah 119. Berteman dengan Pemilik Minyak Misk Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita agar bersahabat dengan orang yang dapat memberikan kebaikan dan sering menasehati kita. مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ ، وَكِيرِ الْحَدَّادِ ، لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ ، أَوْ تَجِدُ رِيحَهُ ، وَكِيرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً “Seseorang yang duduk berteman dengan orang sholih dan orang yang jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.” HR. Bukhari no. 2101, dari Abu Musa Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan, “Hadits ini menunjukkan larangan berteman dengan orang-orang yang dapat merusak agama maupun dunia kita. Dan hadits ini juga menunjukkan dorongan agar bergaul dengan orang-orang yang dapat memberikan manfaat dalam agama dan dunia.”[1] Memandangnya Saja Sudah Membuat Hati Tenang Para ulama pun memiliki nasehat agar kita selalu dekat dengan orang sholih. Al Fudhail bin Iyadh berkata, نَظْرُ المُؤْمِنِ إِلَى المُؤْمِنِ يَجْلُو القَلْبَ “Pandangan seorang mukmin kepada mukmin yang lain akan mengilapkan hati.”[2] Maksud beliau adalah dengan hanya memandang orang sholih, hati seseorang bisa kembali tegar. Oleh karenanya, jika orang-orang sholih dahulu kurang semangat dan tidak tegar dalam ibadah, mereka pun mendatangi orang-orang sholih lainnya. Abdullah bin Al Mubarok mengatakan, “Jika kami memandang Fudhail bin Iyadh, kami akan semakin sedih dan merasa diri penuh kekurangan.” Ja’far bin Sulaiman mengatakan, “Jika hati ini ternoda, maka kami segera pergi menuju Muhammad bin Waasi’.”[3] Ibnul Qayyim mengisahkan, “Kami murid-murid Ibnu Taimiyyah, jika kami ditimpa perasaan gundah gulana atau muncul dalam diri kami prasangka-prasangka buruk atau ketika kami merasakan sempit dalam menjalani hidup, kami segera mendatangi Ibnu Taimiyah untuk meminta nasehat. Maka dengan hanya memandang wajah beliau dan mendengarkan nasehat beliau serta merta hilang semua kegundahan yang kami rasakan dan berganti dengan perasaan lapang, tegar, yakin dan tenang”.[4] Lihatlah Siapa Teman Karibmu! Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ “Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian”. HR. Abu Daud no. 4833, Tirmidzi no. 2378, Ahmad 2/344, dari Abu Hurairah. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan. Lihat Shohihul Jaami’ 3545. Al Ghozali rahimahullah mengatakan, “Bersahabat dan bergaul dengan orang-orang yang pelit, akan mengakibatkan kita tertular pelitnya. Sedangkan bersahabat dengan orang yang zuhud, membuat kita juga ikut zuhud dalam masalah dunia. Karena memang asalnya seseorang akan mencontoh teman dekatnya.”[5] Oleh karena itu, pandai-pandailah memilih teman bergaul. Jauhilah teman bergaul yang jelek jika tidak mampu merubah mereka. Jangan terhanyut dengan pergaulan yang malas-malasan dan penuh kejelekan. Banyak sekali yang menjadi baik karena pengaruh lingkungan yang baik. Yang sebelumnya malas shalat atau malas shalat jama’ah, akhirnya mulai rajin. Sebaliknya, banyak yang menjadi rusak pula karena lingkungan yang jelek. Semoga Allah mudahkan dan beri taufik untuk terus istiqomah dalam agama ini. Disusun di Sakan 27, KSU, Riyadh, KSA, pada 26 Syawal 1431 H 4/10/2010 Penulis Muhammad Abduh Tuasikal Artikel Baca Juga Meminta Traktir Teman, Apa Sama dengan Mengemis? Berteman dengan Non Muslim, Bolehkah? [1] Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Asqolani, 4/324, Darul Ma’rifah, Beirut, 1379 [2] Siyar A’lam An Nubala’, 8/435, Mawqi’ Ya’sub. [3] Ta’thirul Anfas min Haditsil Ikhlas, Sayyid bin Husain Al Afani, hal. 466, Darul Affani, cetakan pertama, tahun 1421 H [4] Lihat Shahih Al Wabilush Shoyyib, antara hal. 91-96, Dar Ibnul Jauziy [5] Tuhfatul Ahwadzi, Abul Ala Al Mubarakfuri, Darul Kutub Al Ilmiyyah, Beirut, 7/42
AlA'masy mengatakan : "Biasanya Salafus Shalih tidak menanyakan (keadaan) seseorang sesudah (mengetahui) tiga hal yaitu jalannya, tempat masuknya, dan teman-temannya." (Al Ibanah 2/476 nomor 498) 160. Ayyub As Sikhtiyani diundang untuk memandikan jenazah kemudian beliau berangkat bersama beberapa orang.
Jakarta - Lingkaran pertemanan, atau yang dalam bahasa Inggris disebut circle, turut mempengaruhi kepribadian seseorang. Hal itu juga memungkinkan akan menentukan puncaknya tersebut dikatakan Habib Ja'far dalam detikKultum detikcom, Sabtu 15/4/2023. Habib menyebut, circle dapat menentukan berbagai hal. Mulai dari hobi, pekerjaan, kuliner yang disukai, nasib, hingga agama. Circle dalam hal ini bisa berupa teman atau lingkungan."Dan puncaknya adalah apa yang dikatakan oleh Nabi Muhammad dalam riwayat Abu Hurairah, "Agama seseorang itu tergantung kepada teman dekatnya." Maka selektiflah dalam memilih teman atau menentukan lingkungan di mana kita tinggal," pinta Habib Ja'far. Habib Ja'far menerangkan hal ini dengan memberikan perumpamaan sebagaimana disebut dalam sabda Nabi SAW bahwasanya seseorang dengan temannya itu adalah seperti pandai besi dan penjual minyak SAW bersabda,مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةArtinya "Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi percikan apinya mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap." HR Bukhari dan MuslimMenurut Habib Ja'far, perumpamaan dalam hadits tersebut mengajarkan kepada kita agar berhati-hati dalam memilih lingkungan pertemanan supaya tidak membawa pengaruh buruk bagi sisi lain, kata Habib Ja'far, hadits tersebut juga mengajarkan bahwa ketika kita memiliki keimanan yang kuat, ekonomi yang mapan, dan kesadaran yang tinggi, seharusnya kita juga berkumpul dengan orang-orang yang lemah ekonominya, lemah imannya, dan lemah demikian? Selengkapnya detikKultum Habib Ja'far Seseorang Tergantung Siapa Circle-nya, Selektiflah! tonton DI SINI. lus/lus
Seseorang tergantung pada agama teman dekatnya, maka hendaklah salah seorang dari kalian melihat siapa yang dia jadikan sebagai teman dekat." Terinspirasi oleh statusnya Ust. Wira Mandiri Bachrun Memilih Teman dalam Bergaul Sebelumnya telah dikemukakan sebuah hadits yang diriwayatkan secara marfu’ dari Abu Hurairah radhiAllahu Anhu, “Seseorang itu tergantung agama teman dekatnya,maka hendaklah salah seorang dari kalian melihat dengan siapa berteman.” Maknanya, bahwa seseorang itu tegantung kebiasaan temanya, tingkah laku dan juga gaya hidupnya, maka hendaklah ia memperhatikan dan meneliti dengan siapa ia yang agama dan akhlaknya diridhai maka hendakia berteman denganya, dan jika tidak maka hendaklah ia menjauhinya, karena tabi’ at itu adalah sesuatu yang di curi diambil dari orang yang di sebutkan dalam kitab Anul Ma’bud. Abu Sa’id al-Khuduri radhiAllahu Anhu, meriyatkan bahwa nabi bersabda عن أبي سعيد الخدري -رضي الله عنه- عن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال لاَ تُصَاحِب إِلاَّ مُؤْمِنًا، وَلاَ يَأْكُل طَعَامَكَ إِلاَّ تَقِي “Janganlah kalian berteman kecuali dengan orang yang beriman, dan jangan ada orang yang makan makananmu kecuali orang yang bertaqwa. Larangan bersahabat mencakup larangan bersahabat dengan pelaku dosa besar dan orang yang suka berbuat dosa, karena mereka melakukan apa yang Allah dengan mereka akan mendatangkan kemudharatan pada lagi larangan bersahabat dengan orang-orang munafik, maka larangan ini lebih diutamakan. Sabda nabi, “dan jangan ada orang yang makan makananmu kecuali orang yang bertakwa .” Al-Khathtabi berkata, “Larangan ini berlaku pada makanan undangan, bukan makanan karena kebutuhan, karena Allah Subhanahu wata’ala berfirman وَيُطْعِمُونَ ٱلطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِۦ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا “Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin,anak yatim dan orang yang ditawan.”Al-Insan 8 Telah diketahui bahwa diantar para tawanan ad orang kafir yang tidak beriman dan tidak saja nabi mmermberi peringatan agar tidak berteman bersam orang yang tidak bertakwa dan melarang bercampur baur dan memberi kepadanya, karena memberi makanan akan membutuhkan kelembutan dan kasih saying dalam hati. Teman dekat dan Teman duduk yang berakhlak jelek menimbulkan bahaya yang nyata dan tidak bisa di hindari, bagaiman pun cara menjaganya, berdasarakan nash dari sabda nabi Abu Musa al-Asy’ ari radhiAllahu Anhu meriwayatkan bahwa Rasullulah bersabda مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَه “Permisalan Teman duduk yang shalih dan yang akhlakny buruk bagaikan penjual minyak wangi dan pandai penjual minyak wangi, bisa jadi ia memberi minyak wangi, ata engkau membelinya darinya, atau engkau mendapatkan bau yang wangi pandai besi, bisa jadi ia membakar pakaianmu atau engkau mendapat bau yang tidak sedap.” HR. Bukhori Dinukil oleh Helmi Nabil Alim Kelas 9A - dari Buku Kumpulan adab islami . 188 432 279 313 288 426 467 365

seseorang tergantung teman dekatnya